Halaman

Minggu, 26 Juni 2022

Panglima Militer Malaysia Kagumi Industri Teknologi Pertahanan Indonesia

Panglima Angkatan Tentera Malaysia, Jeneral Tan Sri Dato' Sri Haji Affendi Bin Buang TUDM melakukan kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pada Rabu, 22 Juni 2022.

Kunjungan itu pun diterima langsung oleh Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan beserta jajaran Direksi dan Komisaris.

"Pada hari ini merupakan suatu kesempatan bagi saya untuk meninjau fasilitas yang ada di sini dan untuk melihat sendiri seberapa banyak kerjasama dan kolaborasi yang bisa saya dapatkan dan bergabung dengan industri lokal di Malaysia," kata Panglima Angkatan Tentera Malaysia, Jeneral Tan Sri Dato’ Sri Haji Affendi Bin Buang TUDM, seperti dikutip NADPost.ID dari Antara.

Jeneral Tan Sri Dato’ Sri Haji Affendi melihat peluang kerja sama di PTDI sangat besar.

Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki keahlian teknis yang tinggi yang misalnya dalam bidang kedirgantaraan.

"Mereka telah mampu membangun pesawat sendiri sekaligus melakukan perawatan, banyak pekerjaan yang dilakukan di sini.

Kita bisa melihat ini sesuatu yang membanggakan, pada saat yang sama di Malaysia juga ada, industri lokal yang memiliki keahlian teknis dari bidang yang lain," kata dia.

Oleh karena itu, Jeneral Tan Sri Dato’ Sri Haji Affendi menilai PTDI dengan Angkatan Tentera Malaysia dapat berkolaborasi dalam hal industri lokal.

Hal ini juga ditujukan agar kedua pihak bisa saling melengkapi satu sama lain.

Karena ketika dapat saling melengkapi, maka pasarnya semakin besar.

"Tentu saja, akan membuat produksi lebih efisien dan efektif dan dapat menangkap pasar antara Malaysia dan Indonesia, tetapi jika kita juga dapat melihat potensi untuk menarik pasar di kawasan Asia Tenggara, dan disini tentu kita akan melihat dari potensi diluar kawasan Asia Tenggara," kata dia.

Di samping itu, baru-baru ini Malaysia sedang dilema akan pembelian helikopter terbarunya.

Pasalnya, harapan untuk membeli helikopter sekelas Apache sudah pupus.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein.

Beliau mengungkapkan kalau Malaysia mungkin tidak akan membutuhkan helikopter Apache AH-64 atau Tiger.

Hal ini didasarkan oleh ancaman keamanan yang dihadapi Malaysia saat ini.

"Kita harus melihat ancaman yang harus kita hadapi dan jika ancaman kita di Lahad Datu adalah menghadapi para penculik, Kidnap-For-Ransom (KFR), teroris di kapal-kapal kecil, (maka) saya pikir tidak perlu helikopter serang seperti Apache dan (Eurocopter) Tiger/Tigre," kata Hussein, dikutip dari Defence Security Asia.

Tak hanya itu, beliau juga mengatakan kalau helikopter MD530G sudah lebih dari cukup.

Hal ini bisa tercapai apabila helikopter dilengkapi dengan senjata yang sesuai.

"Helikopter tempur/pengintaian ringan MD530G sudah cukup asalkan dilengkapi dengan senjata yang sesuai. Hari ini kita melihat MD530G tidak hanya bisa terbang tetapi dilengkapi dengan senjata tertentu untuk menghadapi ancaman tertentu," kata Menhan.

Angkatan Bersenjata Malaysia (ATM) perlu realistis dengan kendala keuangan yang dihadapi saat ini, katanya.

ATM juga akan terus menggunakan helikopter MD530G atau yang berukuran serupa untuk jangka waktu yang lama.

Seperti yang diketahui, Malaysia membeli enam helikopter pengintai/tempur ringan senilai RM321 juta pada tahun 2015.

Namun, helikopter baru diterima ATM pada Februari tahun ini setelah menunggu dengan sabar selama tujuh tahun.

Keenam helikopter MD530G tersebut dikembangkan oleh MD Helicopters dari Amerika Serikat.

Helikopter MD530G yang dioperasikan oleh Malaysia juga telah mengintegrasikan sensor Wescam L3 MX10D dan Sistem Manajemen Senjata Ares Pathfinder dari Tek Fusion.

Integrasi sistem ini adalah untuk membantu penggunaan Dillion M134 Mini Gun, FN Herstal Heavy Machine Gun dan Rocket Machine Gun pod serta Folding-Fin Aerial Rockets 2,75 inci (dipandu dan tidak diarahkan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar